Resensi Film : Perempuan berkalung Sorban

Jenis Film : Drama


Produser : Hanung Bramantyo


Produksi : Starvision


Pemain :


Revalina S. Temat

Joshua Pandelaki

Widyawati

Oka Antara

Reza Rahadian

Ida Leman


Sutradara : Hanung Bramantyo

Penulis : Hanung Bramantyo

Ginatri S. Noor


resensi film perempuan berkalung sorban | cover film perempuan berkalung sorban



Resensi Film : Perempuan berkalung Sorban


Ini adalah sebuah kisah pengorbanan seorang perempuan, Seorang anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan isteri. Anissa (Revalina S Temat), seorang perempuan dengan pendirian kuat, cantik dan cerdas. Anissa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda, Jawa Timur yang konservatif. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Qur’an, Hadist dan Sunnah. Buku modern dianggap menyimpang.



Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim dimana pelajaran itu membuat Anissa beranggapan bahwa Islam membela laki-laki, perempuan sangat lemah dan tidak seimbang



Tapi protes Anissa selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Anissa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Anissa. Diam-diam Anissa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Khudori selalu mencoba membunuh cintanya. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo. Secara diam-diam Anissa mendaftarkan kuliah ke Jogja dan diterima tapi Kyai Hanan tidak mengijinkan, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Anissa merengek dan protes dengan alasan ayahnya.



Akhirnya Anissa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jawa Timur. Sekalipun hati Anissa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga. Kenyataan Samsudin menikah lagi dengan Kalsum (Francine Roosenda). Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Anissa seketika runtuh



Dalam kiprahnya itu, Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai.…



Apakah cinta anissa dan Khudori berakhir di pernikahan? Bagaimana hubungan Anissa dan kedua orang tuanya dan Samsudin suaminya? Apakah Anissa dapat menjadi muslimah seperti yang diinginkan orang tuanya?



Saksikan di bioskop-bioskop mulai 15 Januri 2009

http://www.21cineplex.com

Komentar

admin mengatakan…
Film ini berseting tahun 1980-an di mana budaya patriarki masih mencengkeram di tengah pesantren salafiah (tradisional) di Jawa Timur, saat itu.

Perempuan Berkalung Sorban diangkat dari Novel karya Abidah Al Khalieqy, film ini menuturkan perjuangan seorang muslimah Annisa (Revalina S Temat), anak seorang kyai kondang, Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), yang mempunyai pondok pesantren Salafiah putri Al-Huda.

Annisa ingin menyejajarkan diri dengan laki-laki. Salah satu poinnya adalah keinginannya untuk bisa mengendarai kuda seperti yang dilakukan kedua orang kakak laki-lakinya. Juga keinginannya kuliah di Yogya dibandingkan harus mondok di pesantren. Namun ajaran pesantren yang kolot masih diterapkan oleh Kyai Hanan yang selalu mengecam putrinya jika berbuat seperti apa yang dilakukan kaum Adam.

Annisa tidak seperti perempuan kebanyakan yang selalu menjalani aturan-aturan sistem patriarki. Annisa adalah muslimah yang menentang segala bentuk aturan yang mengekang.

Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, satu-satunya orang yang memahami dan selalu menemani Anissa. Menghiburnya sekaligus menyajikan 'dunia' yang lain bagi Anissa.

Diam-diam Anissa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan, sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Khudori selalu mencoba membunuh cintanya. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo.

Annisa yang punya pegangan kuat terhadap prinsip harus luluh terhadap permintaan ayahnya yang menginginkannya menikah dengan seorang pemuda bernama Samsudin (Reza Rahadian) seorang anak dari Kyai kondang yang mempunyai pesantren besar, karena Kyai Hanan punya maksud ingin memperbesar pesantren salafiah puteri Al-Huda miliknya.

Bukan untung yang didapat oleh Annisa, malah hidupnya bak di neraka setelah menikahi Samsudin. Samsudin walau dibesarkan di lingkungan pesantren, didikan pesantren tidak membuat moril pemuda ini menjadi Islami. Tafsir yang keblinger dari sudut pandangny, bahwa laki-laki punya kehendak yang harus dituruti oleh kaum hawa.

Dasar inilah yang membuat Samsudin kalap. Selalu memperlakukan Annisa dengan semena-mena termasuk untuk urusan seks. Jika Annisa tidak memenuhi permintaannya, Samsudin kerap melakukan pemaksaan dengan jalan kekerasan.

Tak hanya kekerasan fisik yang dialami Annisa. Kekerasan secara psikis pun dialami. Di suatu hari, tiba-tiba Annisa didatangi seorang perempuan bernama Kalsum (Francine Roosenda) yang sedang hamil tua. Dia mencari Samsudin untuk meminta tanggung jawab terhadap anak yang sedang dikandungnya.

Lagi-lagi Annisa harus bisa menjalani rumah tangganya dengan Samsudin bersama istri muda. Sebab, keluarga masing-masing berpegang pada pada sejarah Nabi Muhammad SAW, laki-laki bisa memiliki istri lebih dari satu.

Merasa cukup penderitaan yang dialami Annisa, dan tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya kecuali satu, Khudori. Diam-diam Annisa menemui Khudori di sebuah tempat tersembunyi dan berkeluh kesah apa yang telah dilakukan Samsudin. Merasa putus asa, Annisa ingin cerai dari Samsudin dan meminta Khudori menikahinya.

Rupanya Samsudin mencium pertemuan rahasia istrinya dengan Khudori. Khudori pun menjadi bulan-bulanan dan dituduh telah berzina dengan Annisa. Hukuman rajam pun menantinya.

Film hasil besutan sutradara yang sukses dengan Ayat-ayat Cinta, Hanung Bramantyo, ini sangat menarik untuk ditonton. Walaupun masih ada saja kekurangan, pesan yang ingin disampaikan cukup baik dengan angle detail dan setting di Yogyakarta.

Hanung mengungkapkan, film ini cukup sensitif karena membawa nilai agama. Hanung berpesan, saat menonton film jangan memperdebatkan wacana Islam dengan Islam. Ini cerita masalah kemanusiaan di mana perempuan selalu dinomorduakan.

Walau wacana-wacana perdebatan soal agama sudah biasa di Indonesia, tetap saja ada pihak atau kelompok yang mempermasalahkan film ini. Apakah Hanung siap? "Ya, saya siap jika film ini mengundang kontroversi," tegasnya.

Anda bisa menyaksikan film ini di bioskop mulai 15 Januari 2009.

Pemain:
Revalina S. Temat
Joshua Pandelaky
Widyawati
Oka Antara
Reza Rahadian
Ida Leman
Francine Roosenda

Sutradara :
Hanung Bramantyo

Penulis :
Hanung Bramantyo
Ginatri S. Noor. (ang)

Postingan populer dari blog ini

foto artis ketika cinta bertasbih

Artis Korea Oh In Hye Jadi Pusat Perhatian karena Gaun Seksinya

10 Foto Artis Cewek Korea Cantik Dan Seksi